Kata “Meat” memiliki arti “Persinggahan”, karena desa ini merupakan titik persinggahan setiap orang yang ingin menuju desa-desa di tepi Danau Toba, karena pada masa lalu satu-satunya akses adalah menggunakan perahu melalui danau karena belum tersedianya jalur darat. Lalu akhirnya datanglah keturunan Sibagotnipohan (Tuan Sihubil, Somanimbil, Tuandi Bangarna, Sonakmalela) yang membentuk Desa Meat.
Desa Meat merupakan sebuah desa wisata yang terletak di Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba, Provinsi Sumatera Utara.
Desa ini memiliki jarak tempuh sekitar 30 Menit dari Kota Balige menggunakan kendaraan
bermotor, sedangkan jarak dari kantor Kepala Desa ke Kantor Kecamatan sekitar 5 Kilometer. Desa Meat dapat dicapai
melalui jalan darat menggunakan kendaraan bermotor dan dengan perahu melalui Danau Toba. Saat ini, perjalanan
darat lebih banyak dipilih karena infrastruktur yang sudah memadai. Perjalanan darat menuju Desa Meat dilalui dengan
melewati jalan menurun dengan tebing di sisi dan jurang di kedua sisinya, hal ini karena lokasi geografi desa Meat
berada di antara perbukitan dan Danau Toba.
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba menyebutkan bahwa Desa Meat terletak pada koordinat
2 19’23.01” LU dan 99 00’18.09” BT, serta berada pada ketinggian 979 mdpl. Luas desa
mencapai 3 Kilometer Persegi atau 12,27% luas wilayah Kecamatan Tampahan.
Jumlah penduduk yang bermukim di Desa Meat pada tahun 2020 mencapai kurang lebih 876 KK. Mayoritas penduduk berpenghasilan sebagai Petani. Untuk menambah penghasilan, ibu-ibu di Desa Meat juga berprofesi sebagai Penenun Ulos yang merupakan salah satu oleh-oleh khas dari desa ini.
Desa Meat Berada Di Wilayah Pemerintahan Kabupaten Toba, Yang Dipimpin Oleh Bapak Ir. Darwin Siagian, M.Sc Sebagai Bupati dan Bapak Ir. Hulman Sitorus, MM Sebagai Wakil Bupati.
Desa Meat Sendiri Dipimpin Oleh Seorang Kepala Desa Bernama Bapak Janri Simanjuntak.
Jabatan di Pemerintahan Desa Meat :
1. Kepala Desa : Janri Simanjuntak
2. Sekretaris Desa : Doharni Marpaung
3. Ketua BPD : Nelson Siahaan
4. Kabag Pemerintahan : Rita Simanjuntak
5. Kabag Tata Usaha : Masrina Sianturi
6. Kabag Keuangan : Toni Tampubolon
7. Kabag Perencanaan : Jarar Siahaan
8. Kabag Pelayanan Masyarakat : Haposan Siahaan
9. Kabag Kesejahteraan : Helen Simanjuntak
Desa Adat Ragi Hotang juga dikenal sebagai Desa Ragi Hotang. Dimana masyarakat desa ini dikenal dengan tenunannya khususnya Ulos Ragi Hotang. Desa Adat Ragi Hotang, Meat telah diresmikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 11 Februari 2017. Banyak Wisatawan baik Lokal dan Mancanegara yang pernah berkunjung ke Desa Adat Ragi Hotang. Di desa adat ini, pengunjung nantinya akan disambut Ketua Adat Desa Ragi Hotang, Guntur Sianipar. Disini pengunjung akan mendapat penjelasan Ketua Adat berupa cara pembuatan ulos dari mulai benang hingga alat-alat yang dipakai dalam pembuatan ulos dan pemasarannya. Selain melihat ulos pengunjung juga dihibur dengan tarian tradisional. Di Desa Ragi hotang juga terdapat Homestay berbentuk rumah adat batak seharga Rp 200.000,-/malam yang didalamnya terdapat Spring Bed dan Tikar Max 23 Orang. Homestay ini bisa dijadikan sebagai tempat istirahat bagi para pengunjung. Ulos ragihotang menjadi souvenir utama bagi para wisatawan yang datang ke sana. Banyak acara acara Televisi yang sudah pernah melakukan shooting di Desa Adat Ragi Hotang seperti SiBolang, SiGundul, dan Katakan Putus.
Salah satu destinasi wisata yang sangat menarik perhatian adalah Pantai Pangkodian. Untuk tiba di lokasi ini, pengunjung akan melewati perbukitan dengan kemiringan hampir 50 derajat. Tapi tidak perlu khawatir, jalan menuju lokasi ini sudah aspal dengan lebar sekira 3 meter. Walau akses jalan sudah tersedia, lokasi wisata ini sebenarnya relatif masih sepi dari pengunjung. Setiba di lokasi, pengunjung akan disuguhi pemandangan hamparan Danau Toba yang sangat indah dan barisan bukit yang hijau. Hamparan pasir putih bisa menjadi tempat bermain dan bersantai. Tidak seperti di tempat lain yang bahkan menyediakan jasa spead boat untuk mengintari danau, lokasi ini masih benar-benar sepi. Jangan heran jika saat berkunjung, pengunjung hanya akan ditemani suara riuh ombak dan tamparan angin.
Perlu diketahui, Ulos Ragi Hotang pertama kali berasal dari Desa Meat.
Ibu-ibu di Desa Meat juga berprofesi sebagai Penenun Ulos yang merupakan salah satu oleh-oleh khas dari desa ini.
Ulos Ragihotang dikenakan untuk perkawinan dari pihak perempuan untuk menantunya dan dikenakan laki – laki.
Perkiraan waktu dalam membuat ulos adalah sekitar 1 Minggu/ulos jika benang nya sudah jadi.
Benang yang dipakai adalah benang khusus dan tidak bias dicuci karena jika dicuci akan luntur.
Pengerasan benang dilakukan menggunakan nasi. Jika cuaca mendukung akan kering dalam 10 – 20 jam.
Langkah-langkah pembuatan ulos :
1. Mamintal/Manorha (Membuat benang dari kapas)
2. Mangunggas (Pengerasan)
3. Manganing (Melilit, khusus ulos ragi hotang)
4. Martonun (Menenun benang menjadi ulos)
5. Manirak (Finishing/membuat sisi-sisi ulos)
Selain Ulos, Mandar juga menjadi salah satu kerajinan tangan khas Desa Meat
Jenis Mandar yang dibuat adalah jenis Mandar Nano–nano dan Maulana.
Biaya pembuatan mandar sekitar Rp 600.000,- sudah termasuk pembelian benang.
Pengerjaan Mandar dilakukan sekitar 3 hari/mandar.
Sebelum membuat mandar, benang dikanji terlebih dahulu dengan Shampoo, Minyak Goreng, dan Kanji selama kurang lebih ½ Jam dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Benang dimasak, lalu dicampur dengan air dingin
2. Tunggu sampai dingin
3. Tambahkan shampoo dan minyak
4. Terakhir tambahkan kanji
Terdapat 3 tahap utama dalam pembuatan mandar yaitu:
1. Menggulung Benang (Manghulhul)
2. Membuat Bentuk (Mangani)
3. Menenun/Membuat motif (Manotar)